top of page

Air Mata Rasulullah SAW.


Air mata kita.

Pernahkah terpikir oleh kita, mengapa kita menangis ?. ya… barangkali untuk orang yang kita cintai, mungkin untuk kesuksesan yang belum berpihak kepada kita, untuk kesenangan dunia yang terlepas dari tangan kita atau untuk sejuta harapan yang hanya menjadi angan-angan.
Sejujurnya, air mata itu adalah simbul dari suka dan juga duka. Tetapi kapankah terakhir kali kita menangis ?.

 

Mengapa air mata terasa kesat dan enggan untuk mengalir ?. Rasulullah SAW bersada, ''Tiada pelupuk mata yang tergenangi dengan air mata melainkan pasti diharamkan jasadnya dari neraka, dan tiada air mata yang mengalir pada pipi melainkan akan dihapuskan daripadanya suatu kotoran dan kehinaan, dan apabila ada seseorang di antara umat yang menangis karena Allah niscaya mereka akan dirahmati. Tiada suatu amal pun kecuali bernilai seperti kadar dan timbangannya, kecuali tetesan air mata. Karena sesungguhnya air mata itu dapat memadamkan samudera api neraka.'' 


Lalu bagaimana dengan tangisan kita ?. Air mata orang sholeh, atau air mata sang pecundang yang sedang berputus asa ?. Atau air mata hamba-hamba dinar dan dirham yang telah terkontaminasi wahn ?.

 

Ya…ya. Tangisan orang-orang saleh itu terlahir dari khouf (rasa takut). Karena, dengan rasa takut inilah, perbuatan-perbuatan dosa dapat dilenyapkan. Rasulullah menjelaskan, apabila badan seorang hamba gemetar karena takut kepada Allah, maka jatuhlah segala kesalahannya sebagaimana jatuhnya dedaunan dari pohonnya di musim kemarau.
Kita para da’i dan ahlul ilmi adalah waratsatul ambiya’ yang bekerja dan bergerak untuk meninggikan kalimat Allah. Air mata kita pernah mengalir deras ketika sedang bergulat dengan kemusyrikan di bumi Allah Timor Timur. Air mata kita juga pernah mengalir deras bersama do’a yang kita panjatkan saat itu untuk keberhasilan da’wah kita. Kitapun teringat ketika Rasulullah Saw. bersabda, ada dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka yaitu mata yang menangis karena Allah di pertengahan malam dan mata yang terbangun berjaga di jalan jihad fisabilillah. Dan, …….di antara yang mendapat perlindungan di hari kiamat adalah seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam kesepian lalu berlinangan air matanya.


Bagian manakah air mata kita saat ini ?. air mata karena takut kepada Allah, atau air mata karena kecintaan kita kepada dunia ini ?. Allah berfirman : ''Demi keperkasaan-Ku, tak akan menyatu dua rasa takut pada diri hamba-Ku dan tidak aku satukan dua rasa aman pada dirinya. Apabila dia merasa aman di dunia, niscaya akan Kami buat takut di hari kiamat; dan apabila dia takut kepada-Ku di dunia, maka akan Kami buat aman dia di hari kiamat. Maka, basuhlah empat hal dengan empat macam. Yaitu, wajahmu dengan tetesan air matamu, gigi-gigi dan lidahmu dengan bedzikir menyebut Tuhanmu, hatimu dengan rasa takut kepada Tuhanmu, dan dosa-dosamu dengan taubat. (Abu Darda kepada para ikhwan di Ka'bah). 

Air mata Rasul Saw.


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah Ra. tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah sambil membalikkan badan dan menutup pintu. 
Kemudian ia kembali menemani ayahandanya, Rasul Saw. yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang itu sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. 


Lalu, Rasulullah Saw. menatap puterinya itu dengan tajam dan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. Lalu Rasul Saw. berkata : "Ketahuilah anakku, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara ini, dialah pula yang memisahkan pertemuan di dunia ini. Dia adalah malakul maut," kata Rasulullah Saw. Fatimah pun berusaha menahan ledakkan tangisnya. Lalu Malakul maut datang menghampirinya, tapi Rasulullah saw. menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. 


Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini, Muhammad Saw.. "Wahai Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?". Tanya Rasululllah Saw. dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua pintu syurga telah terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi jawaban itu ternyata tidak membuat Rasulullah Saw. lega, matanya masih menerawang kosong penuh dengan kecemasan. 


"Apakah engkau tidak senang mendengar khabar ini?". Tanya Jibril lagi. "Khabarkanlah kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?". Rasul Saw. Bertanya dengan air mata yang menggenang. "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: “Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali jika umat Muhammad Saw. telah berada di dalamnya,” kata Jibril. 


Detik-detik kematian telah semakin dekat, saatnya Izrail, malakul maut melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah saw. yang muliya ditarik. Nampak sekujur tubuh Rasulullah saw. bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. Dengan suara lirih Beliau berkata : "Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini." 


Perlahan Rasulullah saw. mengaduh. Mata Fatimah Ra.terpejam, Ali bin Abi Tholib suaminya yang juga menantunya Rasul saw. di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?". Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. 


"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, dan jangan kepada umatku." Badan Rasulullah saw. mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali bin Abi Tholib menantunya segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum, katanya. --peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." 


Diluar pintu suara tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah ra. menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali bin Abi Tholib ra. kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah saw. yang mulai kebiruan. Sayup-sayup terdengar diantara desahan nafas yang semakin menghilang "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku". Air mata mengalir deras membasahi kedua pipi Fathmah dan Suaminya Ra. Menghantarkan kepergian Beliau menghadap Rabbul izzati, menunggu saudara-saudaranya didepan pintu surga dengan rahmat Allah. 


Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinar kasih sayang itu. menerangi gelapnya malam, meniupkan angin kedamaian, menjanjikan nikmat dan keabadian. Memikirkan umat lebih dari memikirkan dirinya sendiri. Meneteskan air mata mahabbah terakhir untuk umat yang dicintainya.


Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?. Mencintai dan memikirkan ummat sampai akhir hayatnya. Allahumma sholli 'ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kama shollaita ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohim innaka hamiidun majid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa baarokta ‘ala ibrohim wa’ala aali ibrohim innaka hamiidun majid.
 

 

Abu Rohiyatin
Sidayu; 02 Oktober 2010

FOLLOW US:

  • Google+ B&W
  • Facebook B&W
  • LinkedIn B&W

© 2023 by Funeral Home. Proudly created with Wix.com

bottom of page