PONDOK PESANTREN AL-HIKMAH
Palirangan, Solokuro, Lamongan 62265
Tumbuh Bersama Masyarakat dan Pemuda
Sinar Islam di Bumi
Timor Timur
(BAG. 01)
Sinar pagi yang cerah mengoyak bumi Loro sae ( Timor Timur ) seiring terdengarnya adzan subuh yang sayup-sayup dilantunkan oleh Muallaf ( orang yang baru masuk islam ), Cipriano Ximenes yang saat itu menjadi TBO ( Tenaga Bantuan Operasi ), yaitu orang-orang Pribumi Timor Timur yang direkrut untuk membantu TNI dalam melaksanakan tugas operasi.
TBO ini selain berfungsi sebagai tenaga pembantu juga sebagai juru bicara atau penerjemah, karena Timor Timur merupakan daerah kecil yang terdiri lebih dari 32 bahasa daerah. Portugal selama ratusan tahun menerapkan devide at impera, sehingga daerah yang satu tidak saling memahami terhadap daerah yang lainya. Sementara bahasa regional TITUM hanya dipahami oleh segelintir keluarga yang terpelajar atau keluarga LIURAE.
Karena sebagian besar TNI yang bertugas di Timor Timur saat itu beragama islam sebagaimana mayoritasnya islam di Indonesia, maka rata-rata mereka kemudiandisyahadahkan untuk menjadi muslim atas kemauanya sendiri. Karena memang tidak ada paksaan didalam memeluk islam ( QS. 2 : 256 ).
Seiring dengan banyaknya TBO yang direkrut, maka dengan cepat norma-norma islam dan nilai-nilai luhur islam yang tinggi dan tidak ada yang melebihi ketinggianya tersebar keseluruh wilayah yang dijamah oleh TNI. Dogma-dogma islam dan pengamalan ritual keislaman semakin akrap dan dapat dibedakan dengan mudah oleh masyarakat Timor Leste. Integrasi transcendental mulai merambah, warna-warni keislaman tumbuh menghijau dibumi Timor Timur yang gersang. Masjid-masjid dan surau sebagai kebutuhan primer seorang muslim bermunculan dikantor-kantor pemerintah maupun swasta.
Sementara itu komunitas kecil orang-orang Arab di Kampung Alor Dili yang memang sudah ada sejak zaman Portugis memberikan apresiasi kepada para TNI dan TBO yang telah memeluk Islam. Di sebuah Masjid kecil “ AN-NUR “ yang berdiri mungil menjadi saksi sejarah betapa perjuangan panjang orang-orang keturunan Arab di Timor Timur dalam menjaga dan mempertahankan Aqidah islamiyah telah lama berlangsung. Akumulasi kepentingan berhimpun menjadi satu. Kepentingan idiologi, nasionalisme dan keduniaan yang dikemas dalam bingkai islam, ad din yang syaamil-mutakaamil.
Pekerja keras, pantang menyerah dan nawaitu yang tulus mengemban amanah ilahiyah dan aplikasi kalimah Tauhid لا إله إلا الله mengantarkan mereka pada Ruang Tahanan, tempat pembuangan dan bahkan pada posisi pemerintahan yang strategis. Semua berjalan dengan irama kehidupan yang dinamis sesuai suhu politik yang terjadi saat itu.
Masjid AN-NUR yang menjadi pusat kegiatan, kini telah berubah sejak zaman integrasi Timor Timur ke Indonesia di zaman Orde baru. Pusat kegiatan umat islam yang telah sekian lama dibonsai Pemerintah Kolonial Portugal telah berubah menjadi sebuah Masjid yang megah berwibawa dengan berbagai fasilitas yang memadai. ICMI, MUI dan perhelatan besar pernah mangkir dan diselenggarakan di Masjid ini. Tercatatlah nama-nama tokoh mereka yang sangat heroic; Syekh Umar Balafif, Syekh Imam Hasan Balafif, Syekh Abdullah Sagran, Syekh Abdullah Salim Sagran, Syekh Abdullah Basarewan, Syekh Salim Al katiri dan lain-lain yang sangat dikenal oleh kalangan TNI maupun Sipil yang bertugas di Timor Timur saat itu.
Mereka dengan dedikasi yang tinggi dan semangat patriotisme turut serta membangun dan memperjuangkan tegaknya kedaulatan Negara yang merupakan panggilan Ilahiyah sebagai bentuk ibadah ghoiru mahdzoh kepada Allah. Usaha yang tidak pernah sia-sia dihadapan Allah pemilik jagad ini “…..dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. ( Qs. 73 : 20 )
Setelah pemeluk Islam semakin banyak dan dirasa tidak mampu membina mereka, maka “ YAYASAN AN-NUR” melalui tokoh-tokoh itu kemudian menggandeng saudaranya di bagian barat untuk membantu dan turut serta mengirim da’i dan guru ngaji ke Timor Timur. Terdapatlah kemudian lembaga keagamaan dan da’wah seperti DDII ( Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia ) dan Yayasan Al Falah Surabaya memberikan respons positif dengan mengirimkan tujuh orang da’I Lii’laai kalimatillahke Timor Timur di tahun 1981. Gelombang pertama dikirim 7 orang setelah diberikan pembekalan yang cukup meliputi pemahaman kultur sosio budaya, geografis, demograf is dan social politik Timor Timur.
Dengan berbekal materi ala kadarnya, jawara-jawara da’wah ini membulatkan tekat untuk menanam benih Ketauhidan ditanah yang tandus dan berduri. Tidak ada sanak, tidak ada teman dan tidak berhandai tolan mereka bertolak dari Masjid Al Falah Surabaya dengan mengendarai mobil ambulan menuju Airport Juanda. Mudah-mudahan mobil ambulan ini tidak menjadi kendaraan mereka menuju rumah sakit, tetapi sekedar alat transportasi kendaraan mereka menuju tanah gersang yang tandus dan berduri dengan muatan kalimat tauhid yang suci لا إله إلا الله.
Allah yarham Ust. Shaleh Umar Bayasut yang mengantarkan mereka dengan menitikkan air mata seorang ayah kepada anak-anaknya banyak berharap kiranya Allah memberikan kemudahan langkah, kekuatan iman untuk agama Allah yang rahmatan lil aalamin ini.
“ bukan ketenaran yang engkau cari,
bukan kekayaan yang engkau dapatkan
dan ……
bukan pula kedudukan yang engkau impikan.
Tetapi….
Allah menjanjikan kehormatan,
Kemulyaan, Keabadian
dan balasan ukhrawi yang lebih besar
dari apa yang engkau perkirakan “
Hati yang berat karena harus meninggalkan kekasih, pikiran yang pekat karena harus berpisah dengan keluarga. Air mata kesedihan menggantung dipelupuk mata, bibir-bibir mungil yang bergetar tanpa kata. Namun jauh didalam lubuk hati untaian kalimat mengalun merdu, mengirinya derap langkah para mujahid muda: يا ربي إليك مقصودي ورضاك مطلوبي Allah,….kepadaMu hasrat dan niat tertuju, keridlo-anMu pula harapan dan tujuanku.
Ya, padamu para pewaris Nabi, rahmat dan karunia Allah. Semoga kesabaran dan keihlasan selalu mewarnai gerak langkahmu. Allahu akbar.
Pembawaannya kalem, kutu buku, low profile, senyumnya menyejukkan hati dan selalu tampil sederhana. Tentang keilmuannya, wah,,,,,, mutabakh-khir, samudra terpendam yang menyimpan beragam ilmu berharga. Alumni King Saud University Riyadh ini sangat piyawai dan mempesona. Anehnya dia istiqomah dengan tidak mau belajar menyetir mobil, dan tidak ingin bisa, cukuplah sepeda motor saja. Oh ya, chek….chek….. ?
Saudara kita ini adalah Jawara da’wah yang dikirim gelombang pertama tahun 1981 “ Sumitro Mangkusasmito “. Yang ditempatkan di Masjid An nur Dili. Sebagai yang dituakan oleh rekan-rekannya, ia menjadi gudang rujukan, menghimpun pengaduan dan keluh kesah, curhat rekan-rekannya yang lain.
Tangan dinginnya yang produktif dan kegemarannya berimprofisasi menjadikan semaraknya kota Dili dengan berbagai kegiatan keagamaan dan majlis-majlis ta’lim. YAKIN ( Yayasan Kesejahteraan Islam Nasrullah ) adalah buah tangan beliau bersama Syekh Abdullah Salim Sagran yang bermarkas di Bidau. Masjid Perumnas Bairupite, Masjid Muhajirin di Marcado dan lain-lain adalah kenangan yang mungkin kini tinggal atsar. Kepiluan dan duka yang mendalam, karena tempat-tempat itu tinggal kenangan untuk dikenang dan dinilai dihadapan Allah bahwa disana pernah terjadi harokah islamiyah untuk meninggikan kalimat Allah.
Terlahir di Bojonegoro Jawa Timur dan beristrikan Dra. Raminah putri jelita dari Sulawesi Selatan yang dikaruniai tiga orang anak. Sejoli yang kompak dan sinergik tampak saling mengisi dan melengkapi didalam kegiatan da’wah ilallah menjadikan pasangan ini kental dengan nilai-nilai ukhuwah islamiyah yang dikerumuni oleh ikhwan fiddin dari berbagai suku dan ras.
Kini setelah Timor Timur menjadi Timor Leste, ia mukim di Sulawesi Selatan dengan dunia yang sudah sulit ditinggalkannya, da’wah ilallah. Ini Nomor kontaknya08524268870. Semoga !
Salam ta’dzim Ustadz, selamat berjuang
dari akhuukum fillahi




Contact us to schedule a meeting
with our funeral planners: 1-800-000-0000